
Kepel: Buah Langka Keraton Yogyakarta yang Dipercaya Mengharumkan Bau Badan – Buah kepel (Stelechocarpus burahol) merupakan salah satu buah langka Indonesia yang sarat dengan nilai sejarah dan budaya. Pohon ini identik dengan lingkungan Keraton Yogyakarta karena sejak masa lampau ditanam secara khusus di area keraton sebagai simbol status, keanggunan, dan kemuliaan bagi para bangsawan. Kepel tidak hanya menjadi buah konsumsi, tetapi juga dianggap sebagai pewangi alami yang dapat membuat tubuh tetap harum dan segar.
Keberadaan buah kepel tercatat sejak era Kesultanan Mataram. Pada masa itu, kepel dikenal sebagai buah istimewa yang tidak bisa dinikmati oleh masyarakat umum. Hanya keluarga keraton, terutama para putri bangsawan, yang berhak mengonsumsi buah ini. Karena eksklusivitasnya, kepel akhirnya menjadi lambang keanggunan wanita kerajaan. Bahkan ada yang menyebut bahwa para putri keraton memiliki aroma tubuh yang menawan karena rutin mengonsumsi buah kepel.
Selain sebagai simbol keanggunan, kepel juga dianggap memiliki makna filosofis. Bentuk buahnya yang bulat menyerupai telur melambangkan kesuburan, keberuntungan, dan kesinambungan hidup. Pohon kepel yang selalu tumbuh rimbun dan memiliki daun hijau tebal juga dianggap sebagai simbol keteduhan serta keadilan seorang pemimpin. Oleh sebab itu, beberapa pohon kepel sering ditanam di kompleks keraton sebagai bagian dari ornamen taman kerajaan.
Nilai budaya inilah yang membuat kepel tidak hanya dilihat sebagai buah biasa, tetapi sebagai bagian penting dari tradisi Jawa. Hingga kini, kepel tetap menjadi salah satu ikon botani Keraton Yogyakarta dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti maupun wisatawan yang datang untuk mengenal budaya Jawa lebih dalam.
Manfaat Buah Kepel dan Mitos Pewangi Alami
Salah satu aspek paling menarik dari buah kepel adalah kepercayaan bahwa buah ini mampu mengharumkan bau badan. Mitos ini telah menyebar sejak lama dan menjadi alasan utama mengapa buah kepel begitu populer di kalangan wanita bangsawan Jawa.
1. Mengharumkan Bau Badan
Secara tradisional, masyarakat Jawa percaya bahwa mengonsumsi buah kepel secara rutin dapat membantu tubuh mengeluarkan aroma yang lebih wangi dan segar. Hal ini membuat buah kepel dijuluki sebagai “parfum alami” bagi para wanita keraton. Walaupun belum banyak penelitian ilmiah modern yang secara spesifik menegaskan efek pewangi ini, beberapa riset herbal menunjukkan bahwa kepel memiliki kandungan senyawa bioaktif yang dapat membantu mengurangi bau badan melalui proses detoksifikasi alami.
2. Bersifat Diuretik
Buah kepel memiliki efek diuretik atau peluruh kencing. Efek ini membantu tubuh membuang racun dan menjaga kesehatan ginjal. Dalam pengobatan tradisional Jawa, rebusan daun dan buah kepel juga digunakan untuk mengurangi pembengkakan pada tubuh akibat penumpukan cairan.
3. Menjaga Kesehatan Pencernaan
Daging buah kepel mengandung serat yang membantu melancarkan pencernaan. Konsumsi buah ini dapat mengurangi risiko sembelit dan mendukung kesehatan usus.
4. Antioksidan Alami
Buah kepel mengandung antioksidan yang berfungsi menangkal radikal bebas. Ini membantu menjaga kesehatan sel dan memperlambat proses penuaan alami. Dalam konteks wanita bangsawan Jawa, manfaat ini semakin memperkuat stigma bahwa kepel merupakan buah kecantikan alami.
5. Menurunkan Risiko Peradangan
Beberapa bagian tanaman kepel, termasuk daunnya, memiliki sifat anti-inflamasi. Di beberapa daerah Jawa, ramuan dari tanaman kepel digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan ringan.
6. Menjaga Keseimbangan Hormon
Beberapa kepercayaan tradisional menyebut bahwa kepel dapat membantu menjaga keseimbangan hormon pada wanita, termasuk meredakan nyeri haid. Meski masih membutuhkan penelitian lanjutan, kepercayaan ini sangat kuat di komunitas tradisional.
Manfaat-manfaat ini membuat buah kepel tidak hanya dikenal sebagai buah eksklusif, tetapi juga sebagai tanaman obat dengan nilai kesehatan yang tinggi. Kombinasi antara aroma, rasa, dan khasiat menjadikannya buah yang sangat diminati pada masa lalu, meskipun kini keberadaannya mulai langka.
Ciri-Ciri, Habitat, dan Upaya Pelestarian Buah Kepel
Secara fisik, buah kepel memiliki bentuk bulat atau oval dengan ukuran sebesar bola tenis. Kulitnya berwarna cokelat tua dan teksturnya halus. Ketika matang, buah kepel mengeluarkan aroma manis yang khas. Daging buahnya berwarna kuning keemasan, lembut, dan memiliki rasa yang unik, perpaduan antara manis, sepat, dan sedikit aroma rempah.
Habitat dan Penyebaran
Kepel merupakan tanaman asli Indonesia, terutama ditemukan di Jawa bagian tengah dan timur. Tanaman ini tumbuh subur di daerah tropis dengan tanah yang gembur dan curah hujan tinggi. Meskipun secara historis banyak ditemukan di lingkungan keraton, kepel sebenarnya merupakan tanaman liar yang kemudian dibudidayakan secara selektif.
Tanaman kepel tumbuh sebagai pohon besar yang dapat mencapai tinggi 20–25 meter. Daunnya lebat, rimbun, dan tahan terhadap kondisi panas, menjadikannya tanaman peneduh yang ideal. Proses pembuahan kepel cukup unik karena buahnya tumbuh menempel langsung pada batang pohon, mirip dengan nangka atau kakao.
Kelangkaan Buah Kepel
Saat ini, buah kepel tergolong langka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kelangkaan ini:
- Pertumbuhan lambat. Pohon kepel membutuhkan waktu puluhan tahun sebelum berbuah.
- Kurangnya minat budidaya. Karena hanya dikenal sebagai buah tradisional dan tidak populer di pasar modern, sedikit petani yang menanamnya.
- Konversi lahan. Banyak habitat alami tanaman kepel berubah menjadi area permukiman.
- Kurangnya pengetahuan generasi muda. Buah kepel tidak sepopuler buah tropis lainnya seperti mangga, rambutan, atau durian.
Upaya Pelestarian
Berbagai pihak kini mulai melakukan langkah pelestarian buah kepel, termasuk:
- Keraton Yogyakarta, yang masih menanam pohon kepel sebagai bagian dari warisan budaya.
- Balai konservasi dan lembaga penelitian, yang melakukan pembibitan untuk menjaga keberlangsungan spesies ini.
- Komunitas pecinta tanaman langka, yang membudidayakan kepel di taman-taman konservasi.
- Program edukasi, terutama untuk mengenalkan buah kepel kepada generasi muda sebagai tanaman khas Nusantara.
Dengan adanya upaya pelestarian ini, harapannya buah kepel bisa kembali dikenal luas dan menjadi kebanggaan botani Indonesia.
Kesimpulan
Buah kepel bukan hanya tanaman langka, tetapi juga simbol budaya yang melekat erat pada sejarah Keraton Yogyakarta. Kepercayaan bahwa buah ini mampu mengharumkan bau badan menjadikannya ikon kecantikan alami bagi para putri bangsawan di masa lalu. Selain memiliki manfaat kesehatan seperti sifat diuretik, antioksidan, dan menjaga pencernaan, kepel juga memiliki nilai simbolis dan filosofis yang tinggi dalam tradisi Jawa.
Meski kini buah kepel tergolong langka, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan agar spesies ini tidak punah. Dengan mengangkat kembali kisah dan manfaatnya, kita dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga tanaman asli Nusantara. Buah kepel adalah bagian dari identitas budaya Indonesia—warisan berharga yang patut dijaga, ditanam, dan diperkenalkan kepada generasi berikutnya.